Friday, May 22, 2009

TJ : Syirik, Pelunasan Hak di Mahsyar, Di Atas Hamparan Sejadah

Tazkirah Jumaat
27 Jamadil Awal 1430 / 22 Mei 2009

MEMBERSIHKAN DIRI DARI NODA SYIRIK
(Al Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Al Atsari)
(Sambungan Minggu Lepas)


KEYAKINAN ADANYA MAKHLUK ALLAH YANG MENGETAHUI HAL GHAIB


Meyakini adanya makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib termasuk salah satu dari bentuk-bentuk kesyirikan. Karena salah satu dari aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah meyakini bahwa tidak ada satu pun dari makhluk Allah yang ada di langit (seperti malaikat) ataupun di bumi (seperti Nabi-Nabi dan manusia atau jin) yang mengetahui hal ghaib.

1) Secara Umum Tidak Ada Satu Makhluk Pun Yang Mengetahui Hal Ghaib

2) Malaikat Tidak Mengetahui Hal Yang Ghaib

3) Rasulullah Serta Para Nabi Tidak Mengetahui Tentang Hal Ghaib

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam serta para Nabi dan Rasul tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui hal ghaib kecuali perkara-perkara ghaib yang telah Allah beritakan kepadanya.

Adapun apa yang dikecualikan oleh Allah setelah ayat 26 dalam surat Al Jin di atas adalah tidak mutlak. Ketika Allah mengatakan kecuali Rasul yang diridlai artinya kecuali Rasul yang diberitahu sebagian tentang hal-hal ghaib. Adapun yang tidak diberitahukan oleh Allah kepadanya, Rasul pun tidak mengetahuinya. Dengan demikian Rasulullah tidak mengetahui hal yang ghaib secara mutlak. Yang mengetahui hal-hal ghaib secara keseluruhan dan mutlak hanyalah Allah. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahuinya. Allah berfirman memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui hal yang ghaib :

Katakanlah : “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raf : 188)

Beliau hanya mengetahui apa-apa yang diberitakan oleh Allah dalam wahyu-Nya sebagaimana apa yang Allah katakan dalam firmanNya :

Katakanlah : “Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah : “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al An’am : 50)

Demikian pula ketika Allah Ta’ala berfirman menceritakan tentang ucapan Nabi Nuh ‘Alaihis Salam kepada kaumnya, juga meniadakan dari dirinya ilmu ghaib :

“Dan aku tidak mengatakan kepada kamu bahwa aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah dan tidak mengatakan bahwa aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu ( : sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka). Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka, sesungguhnya aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang dhalim.” (QS. Hud: 31)

4) Jenis Jin Pun Tidak Mengetahui Hal Ghaib

Bahkan makhluk dari jenis jin pun tidak mengetahui hal yang ghaib. Ini sebagai bantahan langsung dari Allah kepada para dukun-dukun yang mengaku mengetahui hal ghaib :

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’ : 14)

5) Kahin (Dukun), Ahli Nujum, Dan Musya’widzin (Tukang Sihir) Tidak Mengetahui Hal Ghaib

Kalau kita sudah mengetahui bahwa malaikat-malaikat dan Nabi-Nabi kemudian jin-jin tidak ada yang mengetahui perkara ghaib apalagi para kahin[3], dukun-dukun, ahli nujum[4], tukang ramal, musya’widzin (tukang sihir), dan lain-lain.

Berikut ini firman Allah Ta’ala yang menerangkan bahwa mereka tidak mengetahui hal ghaib.
Firman Allah Ta’ala : “Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib.” (QS. Ali Imran : 179)

Firman Allah Ta’ala : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudh).” (QS. Al An’am : 59)

Firman Allah Ta’ala : “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan semua urusan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud : 123)
Ayat-ayat ini semuanya mengajak bicara orang kedua dengan lafadh kamu tidak mengetahui atau tidak memperlihatkan kepadamu dan seterusnya. Ini menunjukkan kalau semua manusia tidak mengetahui hal yang ghaib termasuk dukun, tukang sihir, paranormal, dan lain-lain.

Bahkan manusia itu sendiri tidak mengetahui berapa lamanya ia tidur sebagaimana yang Allah kisahkan tentang ashabul kahfi yang tidur di dalam gua selama 309 ­tahun :

Katakanlah : “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua), kepunyaan-Nya-lah semua yang ghaib (tersembunyi) di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” (QS. Al Kahfi : 26)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda berkaitan dengan masalah di atas : Dari Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : “Kunci-kunci keghaiban ada lima. Tiada yang mengetahui kelimanya kecuali Allah. Tiada seorang pun yang mengetahui apa-apa yang dalam rahim kecuali Allah dan tiada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati, tiada seorangpun yang mengetahui kapan datangnya hujan kecuali Allah dan tiada seorang pun yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat kecuali Allah.” (Telah mengeluarkan hadits ini, Al Bukhari dan Imam Ahmad dengan sanad yang shahih)

Maka para pembaca sekalian hendaknya mengambil pelajaran dan menyampaikannya kepada orang yang belum mengetahui bahwa kita tidak perlu datang ke dukun-dukun, tukang ramal, tukang sihir, ‘orang pintar’ atau ahli nujum, dan lain-lain dengan tujuan untuk mengetahui perkara-perkara ghaib seperti siapa jodohnya, darimana rezekinya, kapan ajalnya, dan seterusnya. Karena dua sebab :

Pertama, perbuatan itu sia-sia karena sesungguhnya kita telah menyakini bahwa tidak ada yang mengetahui hal-hal ghaib kecuali Allah.

Kedua, kita telah berbuat suatu kesyirikan karena meyakini adanya ‘alimul ghaibi atau yang mengetahui keghaiban selain Allah yang berarti menyamakan makhluk dengan khaliqnya dalam masalah mengetahui ilmu ghaib.­

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam memberi amaran : “Barangsiapa yang mendatangi dukun-dukun kemudian mempercayainya maka dia telah kafir dengan apa yang telah diturunkan pada Muhammad.”

Demikianlah, semoga Allah memberikan hidayah kepada kita dan seluruh kaum Muslimin kepada jalan yang lurus dan selamat. Selamat dari kesyirikan dan kesesatan di dunia dan selamat dari adzab Allah di akhirat.

(Ditulis oleh Al Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Al Atsari dengan sedikit perubahan dari redaksi)

[1] Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan secara mutlak (umum). Artinya, semua jenis syirik yang besar ataupun yang kecil kalau pelakunya mati dan tidak sempat bertaubat tidak akan diampuni dosanya. Dalam masalah ini ulama berbeda pendapat. Yang benar adalah pendapatnya jumhur ulama yaitu membedakan antara syirik besar dan kecil. Sedang yang dimaksudkan oleh Allah dalam ayat ini adalah syirik akbar (besar). Adapun syirik ashghar (kecil) menurut mereka di bawah kehendak Allah (kalau Allah menghendaki mengampuni, pelakunya tidak akan diadzab tetapi kalau Allah menghendaki untuk mengadzab, ia harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam neraka meskipun setelahnya akan dimasukkan ke dalam Jannah). Wallahu a’lam. Syaikh Shalih Al Utsaimin berkata : “Meskipun dalam hal ini terdapat perbedaan tetapi yang wajib bagi setiap individu adalah berhati-hati terhadap kedua-duanya (syirik besar maupun syirik kecil).”

[2] Manusia di sini mencakup yang Muslim ataupun yang kafir, pria ataupun wanita, tua atau pun muda.

[3] Kahin (dukun) yaitu orang yang selalu mengabarkan kepada manusia tentang sesuatu yang ghaib yang belum terjadi atau arraf (paranormal) yaitu yang selalu memberitahukan tentang tempat barang-barang yang hilang, sihir dan kecurian, atau nama pencurinya, siapa yang menyihir, dan lain-lainnya dari semua kejadian yang telah lewat dan manusia tidak mengetahuinya.

[4] Orang yang mengatakan dirinya tahu tentang hal yang ghaib melalui perbintangan dengan mempelajari gerak-geriknya untuk mengetahui kejadian-kejadian yang ada di bumi.

http://www.geocities.com/dmgto/aqidah201/syirik.htm


HADIS : PELUNASAN HAK DI PADANG MAHSYAR

Daripada Abu Hurairah r.a katanya: "Sabda Rasulullah SAW. yang bermaksud:"Sesungguhnya sebarang hak tak dapat tidak mesti dibayar kepada tuannya sehingga kambing biri-biri yang dogol (tidak bertanduk) diberikan peluang membalas kambing biri-biri yang bertanduk" 'iaitu menanduknya' mengikut satu riwayat." Muslim dan at-Tirmidzi

Huraian :

1. Beriman kepada Hari Kiamat adalah antara perkara yang termasuk di dalam rukun Iman dan wajib diyakini sepenuhnya oleh setiap Muslim.

2. Perbicaraan yang berlaku pada hari kiamat adalah menyentuh tentang semua aspek kehidupan makhluk semasa di dunia termasuk perkara-perkara berkenaan hak yang meliputi:
  • a. Perkara yang bersabit dengan perlakuan jenayah ke atasnyawa dan tubuh badan seperti bunuh-membunuh, tikam-menikam, pukul memukul, siksa menyiksa dan sebagainya.
  • b. Perkara yang bersabit dengan perlakuan jenayah yang mencemar kehormatan diri dan maruah seseorang seperti caci mencaci, memaki hamun, mengumpat, tuduh-menuduh dan sebagainya.
  • c. Perkara yang bersabit dengan harta benda seperti mencuri, merompak, menipu, hutang-piutang dan seumpamanya.
3. Oleh itu bagi sesiapa yang mempunyai kesalah-kesalahan yang disebutkan akan menerima pembalasan yang seadilnya daripada Allah SWT. Antara balasannya adalah:
  • a. Menerima balasan daripada makhluk yang diperlakukan jenayah terhadapnya.
  • b. Memberikan amal kebajikan kepada orang yang dianiayakan untuk membayar hutang orang yang dihutanginya atau memberi gantirugi dan sekiranya tiada lagi saki baki amalan yang tinggal untuk diberikan maka seseorang itu akan terpaksa menanggung hutang kesalahan orang yang dikhianati itu.
  • c. Dimasukkan ke dalam neraka Jahannam.
4. Sebagai mukmin yang beriman kita hendaklah sentiasa berwaspada dalam setiap tindak tanduk di dunia dan sentiasa bermuhasabah, bertaubat memohon keampunan agar apabila meninggal kelak kita tidak termasuk di kalangan orang yang rugi.

http://dakwah2u.blogspot.com/2009/01/hadis-pelunasan-hak-di-padang-mahsyar.html


HADIS : DI ATAS HAMPARAN SEJADAH

Nabi s.a.w bersabda: "Malaikat sentiasa berdoa untuk seseorang kamu selama ia berada di tempat yang ia sembahyang padanya, selagi ia tidak berhadas, iaitu mereka memohon dengan berkata: "Ya Tuhan kami! Ampunilah dosanya, ya Tuhan kami! Berilah rahmat kepadanya." Abu Huraiarah r.a

Pengajaran Hadith:

1. Sembahyang (solat) dan tempat solat mempunyai nilai yang sangat besar di sisi Allah S.W.T.

2. Orang yang tidak segera meninggalkan tempat ia bersolat selagi ia tidak berhadas dan tidak melakukan perkara yang mendatangkan dosa akan sentiasa didoakan oleh malaikat agar diampuni dosanya dan diberikan rahmat kepadanya.

3. Islam menyeru umatnya agar sentiasa menjaga solatnya dan mengerjakannya dengan sempurna kerana hanya mereka yang benar-benar layak sahaja akan mendapat rahmat dan keampunan daripada Allah S.W.T.

http://dakwah2u.blogspot.com/2009/02/hadis-di-atas-hamparan-sejadah.html

No comments: