Adab Sebagai Tetamu
Tetamu ialah orang yang datang
menziarahi sebagai tetamu, kita perlu menjaga tingkah laku dan adab sopan
memilih waktu yang sesuai untuk mengunjungi rumah kawan atau sanak saudara
sebaik-baiknya bawalah buah tangan untuk mereka ucapkan salam sebelum masuk
bersalamlah dengan semua isi rumah dan bertanyakan khabar bercakaplah dengan
suara yang lembut dan bersopan santun bongkokkan sedikit badan jika lalu di
hadapan orang lain sebelum duduk duduklah dengan tertib dan bersopan hormatlah
kepada tuan rumah dan ahli keluarganya jangan membuat bising atau ketawa dengan
kuat makan dan minum dengan sopan jangan rosakkan barang-barang kepunyaan tuan
rumah elakkan bertandang terlalu lama kerana mungkin akan mengganggu tuan rumah
mintalah izin dengan sopan dan bersalam sebelum pulang ADAB MENJADI TETAMU
1.
Sebaik-baiknya, MAKLUMKAN TERLEBIH DAHULU. Bagitahu tuan rumah sebelum kita
datang rumah, lebih lebih lagi kalau kita nak tumpang tidur. Bila kita
bagitahu, boleh la tuan rumah kemas rumah dan sedia apa yg patut untuk kita.
2.
MEMILIH MASA SESUAI. Janganlah berkunjung pada waktu awal pagi, tengah hari dan
larut malam kerana kebiasaan pada waktu itu pihak tuan rumah ingin beristirahat
atau membuat persiapan keperluan keluarga.
3. Adab dalam berziarah contohnya
disebutkan secara terperinci iaitu:- i) Memberi salam terlebih dahulu ii)
Mengetuk pintu perlahan-lahan dan tidak melebihi tiga kali iii) Berdiri
bersebelahan pintu kerana dibimbangi jika yang membuka pintu itu adalah orang yang
bukan muhrim iv) Tidak masuk melainkan setelah mendapat keizinan v) Tidak
mengintai atau mengendap ke dalam rumah vi) Duduk di tempat yang disediakan
kerana tuan rumah lebih maklum tentang keadaan rumah mereka.
4. ELAKKAN BERTAMU
LEBIH DARI 3 HARI kecuali tuan rumah yang ajak atau mintak kita tinggal situ
lama lama. Sekiranya tetamu menginap lebih dari tiga hari, maka menjelang hari
keempat dan seterusnya tuan rumah berhak memberitahu tetamu sekiranya tidak
mampu melayan. Tetapi sekiranya mahu melayan juga, maka ia adalah sunat dan
dikira sebagai sedekah.
5. Jangan bertamu kat rumah orang sampai terjadi
pergaduhan dlm famili tuan rumah tu, termasuklah jangan sampai tuan rumah tu
mengumpat kita sebab kehadiran kita menyusahkan.
6. Sebagai tetamu juga tidak
sepatutnya bebas melakukan apa sahaja di rumah orang lain kerana perbuatan itu
akan mengganggu dan tidak disenangi oleh tuan rumah.
7. Menjaga mata, jangan
mencuri dengar atau mengintai tuan rumah, janganlah mengangkat suara semasa
berada di dalam rumah dan jangan duduk lama ketika berziarah. "Memuliakan
dan melayan tetamu dengan baik adalah amalan para Nabi dan Rasul
terdahulu."
ADAB ZIARAH DAN MENJADI TETAMU
Petunjuk Rasulullah s.a.w
dalam adab ketika berkunjung ziarah. Saling mengunjungi (berziarah) sesama kaum
muslimin memiliki pengaruh yang sangat besar untuk menguatkan hubungan,
menambah rasa cinta, serta mempererat persatuan dan keterkaitan di antara
mereka. Berziarah juga memiliki keutamaan yang besar apabila dilakukan dengan
ikhlas karena Allah Ta’ala atau untuk menyambung tali silaturrahim. Oleh karena
itu, sudah seharusnya seorang muslim mengetahui petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam di dalam berkunjung agar ia tidak terjatuh dalam kekeliruan
dan kesalahan. Adapun di antara petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam berkunjung tersebut sebagai berikut:
1. Berniat yang Baik
Apabila seseorang hendak mengunjungi saudaranya, maka yang wajib dilakukan
pertama kali adalah mengikhlaskan niat semata-mata hanya karena Allah Ta’ala.
Jangan sekali-kali ia meniatkan hanya karena ada tendensi duniawi semata,
karena temannya tersebut memiliki harta, jabatan, kedudukan di masyarakat
misalnya atau hal-hal lain, sehingga tujuan berkunjungnya ke tempat orang tadi
untuk mendapatkan sedikit cipratan dari apa yang diinginkan hawa nafsunya. Maka
niatkan ikhlas karena Allah Ta’ala, dasarilah kecintaan kita kepadanya karena
Allah Ta’ala dan karena ketaatannya kepadaNya, bukan karena harta, jabatan,
kedudukan yang dimilikinya. Demikianlah yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bahwasanya seorang laki-laki
mengunjungi saudaranya di kampung lain, maka Allah mengutus seorang Malaikat
kepadanya dalam perjalanannya. Ketika telah bertemu, Malaikat itu berkata
kepadanya “Kemana engkau hendak pergi?” Ia menjawab, “ Aku ingin mengunjungi
saudaraku di kampung ini” Malaikat itu berkata lagi, “ Adakah bagimu satu
nikmat yang hendak engkau kejar?” Ia menjawab,“ Tidak, hanya saja aku
mencintainya karena Allah” Malaikat itu pun berkata lagi,“Sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana engkau
mencintainya karena Allah.” (HR.Muslim)
2. Tidak Terlalu Sering Berkunjung
(ziarah) Hingga Berlebihan Janganlah terlalu sering berkunjung (berziarah) agar
orang yang dikunjungi tidak menjadi bosan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Berkunjunglah sesekali atau sekali waktu niscaya kalian
akan saling mencintai” (HR. al-Baihaqi, al-Bazzar, dan ath-Thabrani)
3. Memilih
Waktu yang Tepat untuk Berkunjung. Hendaknya seorang pengunjung memilih waktu
yang tepat ketika berkunjung. Tentu tidak layak seseorang mengunjungi orang
lain pada pagi buta, tengah hari ataupun larut malam. Karena, waktu-waktu itu
adalah waktu untuk tidur dan beristirahat, bukan waktu yang tepat untuk
berkunjung. Atau waktu-waktu orang yang akan dikunjungi pada saat itu sedang
sibuk atau tidak berkenan untuk diganggu. Terkecuali ada kepentingan yang
mendesak atau seseorang telah meminta izin atau mengadakan perjanjian
sebelumnya untuk berkunjung pada waktu tersebut.
4. Menjaga Adab-Adab Isti’dzan
(Meminta Izin) Hendaknya orang yang berziarah menjaga adab-adab beristi’dzan
(meminta izin). Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan agar tidak melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan akhlak Islami. Di antara adab-adabnya adalah
seperti: Mengetuk pintu tiga kali, jika tidak ada jawaban maka hendaknya ia
pergi. Ketukan pun tidak terlalu keras dan memperhatikan jarak ketukan agar
tidak mengagetkan, memperkenalkan diri, tidak menghadap ke arah pintu,
mengucapkan salam sebelum masuk, menundukkan pandangan, menerima alasan tuan
rumah dan tidak berburuk sangka, meminta izin sebelum masuk menemui mahram atau
kerabatnya, dan lain sebagainya dari adab-adab meminta izin.
5. Menundukkan
Pandangan terhadap Privasi Rumah (Anggota Keluarga). Apabila seseorang
mengunjungi sebuah keluarga di rumah mereka, maka wajib baginya untuk ghadhdhul
bashar (menundukkan pandangan) terhadap privasi (hal-hal yang bersifat pribadi)
anggota keluarga mereka. Janganlah ia mengumbar pandangannya agar terhindar
dari melihat privasi mereka dan janganlah ia mempunyai keinginan untuk
melakukan hal tercela tersebut di dalam hatinya. Allah Ta’ala berfirman
artinya, “Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan
oleh hati.” (QS. Mu’min: 19) Berkaitan dengan tafsir ayat ini, Ibnu ‘Abbas
berkata, “Bahwasanya seorang laki-laki masuk kepada ahli bait (tuan rumah),
sementara di antara mereka ada seorang wanita yang cantik atau lewat di
depannya. Apabila mereka lengah, laki-laki itu pun melihat kepadanya. Jika
mereka memperhatikan, maka ia pun menundukkan pandangannya. Jika mereka kembali
lengah, laki-laki itu kembali melihatnya dan jika mereka memperhatikan, ia pun
kembali menundukkan pandangan. Allah mengetahui isi hatinya bahwa laki-laki
tersebut suka seandainya bisa melihat kemaluannya”. (Tafsir Ibnu Katsiir,
IV/79-80) Maka dari itulah, wajib bagi seorang hamba menghiasi dirinya dengan
ketakwaan dan muraqabah (merasa diawasi oleh Allah Ta’ala).
6. Hendaknya
Seorang Pengunjung Duduk di Tempat yang Telah Diizinkan oleh Tuan Rumah.
Apabila tuan rumah menempatkannya di sebuah kamar atau di tempat duduk
tertentu, maka janganlah ia berpindah tempat tanpa seizinnya. Sebab boleh jadi
tuan rumah menempatkannya di tempat tertentu tersebut dengan tujuan agar
privasi atau aurat mereka tidak tersingkap.
7. Janganlah Mengumbar Pandangan
untuk Melihat-lihat Perabot dan Barang-Barang Lain di sekitarnya. Banyak orang
yang merasa risih apabila orang yang mengunjungi melihat-lihat perabot dan
barang-barang lain yang ada di sekitarnya. Terlebih lagi jika ditanyakan
kepadanya, “Ini berapa harganya?” atau “Dari mana anda mendapatkannya?”, dan
pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak layak untuk di pertanyakan.
8. Jangan
Mengangkat Suara di dalam Rumah. Hendaknya seorang pengunjung tidak mengangkat
suara karena dapat mengganggu orang-orang yang dikunjungi. Dan janganlah
mengangkat suara tinggi-tinggi ketika berbicara, berdebat dan lain sebagainya,
sehingga orang lain tidak terganggu olehnya. Allah Ta’ala berfirman: “…Dan
lunakkanlah suaramu…”(QS. Luqman: 19)
9. Jangan Mencuri Dengar atau Mengintai
Tuan Rumah. Sebagian orang memasang kedua telinganya untuk mendengarkan
pembicaraan tuan rumah di kamar sebelah atau pembicaraan mereka dengan
keluarganya atau pembicaraan kaum hawa dari penghuni rumah tersebut, dan
hal-hal lain yang bersifat rahasia. Perbuatan-perbuatan seperti ini tidaklah
sepantasnya dilakukan seorang muslim yang berakhlak mulia. Lebih-lebih jika ia
berniat buruk atas perbuatanya tersebut, maka hal itu diharamkan.
10. Tidak
Membiarkan Anak-Anaknya Merosakkan Harta di Rumah Orang. Hendaknya seorang
pengunjung tidak membiarkan anak-anaknya bermain-main, merusak dan memecahkan
perabotan, menghancurkan barang-barang, memukul anak tuan rumah, serta
teriak-teriak atau menjerit. Karena semua itu dapat mengganggu dan membuat
mereka keberatan dikunjungi. Bagaimanapun juga bahwa menggangu seorang muslim
adalah perkara yang dilarang dalam agama.
11. Tidak Mengimami Tuan Rumah di
Rumah Mereka. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, “Barangsiapa mengunjungi suatu kaum di rumah mereka, maka janganlah
ia mengimami mereka, namun hendaknya salah seorang dari mereka (tuan rumah)
bertindak sebagai imam”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan at-Tirmidzi dan beliau
menshahihkannya). Akan tetapi, apabila mereka mempersilahkan dan mengizinkannya
disebabkan ilmu, keutamaan atau umurnya, maka ia boleh menjadi imam, menurut
sebagian ahli ilmu.
12. Tidak Berlama-lama Ketika Berkunjung. Apabila seseorang
terbiasa berlama-lama ketika mengunjungi orang lain, maka akan membuat orang
yang dikunjungi menjadi bosan, merasa berat, tidak menyukai kunjungannya atau
enggan menerima kedatangannya lagi, bahkan bisa jadi dia akan membicarakan
tentang keburukan dirinya.
13. Menyuruh kepada yang Ma’ruf dan Mencegah dari
yang Mungkar. Apabila seseorang berkunjung, kemudian melihat kemungkaran di
rumah yang ia kunjungi seperti foto-foto atau gambar yang terpajang, patung,
atau melihat mereka meninggalkan shalat, mendengarkan lagu-lagu, tidak menutup
aurat, atau melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama lainya, maka wajib
atasnya menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar sesuai dengan
kemampuannya. Janganlah ia merasa malu atau takut untuk melakukannya. Akan
tetapi tentunya harus tetap menjaga adab yang baik dengan cara yang penuh
hikmah dan mau’izhatil hasanah agar bisa diterima oleh tuan rumah.
14. Tidak
Beranjak Pulang kecuali jika telah Diizinkan oleh Tuan Rumah. Seseorang tidak
diperbolehkan beranjak pulang tanpa meminta izin kepada tuan rumah. Atau keluar
dari majelis untuk pulang tanpa izin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian mengunjungi saudaranya lalu ia
duduk bersamanya, maka janganlah ia bangkit hingga saudaranya tersebut
mengizinkannya”. (HR. ad-Dailami). Sebab jika ia bangkit dari majelis tanpa
izin, bisa jadi akan tersingkap baginya aurat tuan rumah, dan tentunya hal ini
tidak diperbolehkan.
15. Mensyukuri (berterima kasih) kepada Tuan Rumah atas
Jamuan Mereka. Hendaknya seseorang bersyukur atau berterima kasih atas jamuan
yang disuguhkan Tuan rumah, khususnya apabila mereka telah menerimanya dengan
baik. Sebab barangsiapa tidak mensyukuri manusia, berarti ia tidak bersyukur
kepada Allah Ta’ala. Seseorang harus membalas kebaikan orang lain kepada
dirinya atau paling tidak ia mendo’akannya dengan berkata, “Jazaakumullahu
Khaira…” (semoga Allah Ta’ala membalasmu dengan kebaikan atas penyambutanmu…)
dan lain sebagainya dari ucapan-ucapan yang baik. Wallahu A’lam
Credit to: fenditazkirah.blogspot
No comments:
Post a Comment